Senin, 02 Januari 2012

HARUS CIPTAKAN LAPANGAN KERJA BAGI ORANG LAIN


CIPTKAN LAPANGAN KERJA UNTUK ORANG LAIN

Setiap tahun jumlah orang yang lulus dari institusi pendidikan semakin banyak. Baik mereka yang berasal dari perguruan tinggi dengan jenjang diploma/sarjana, maupun tenaga terampil yang berasal dari sekolah menengah kejuruan. Jumlah ini terus membengkak dengan adanya alumni dari sekolah menengah umum baik yang dikelola oleh depdiknas maupun departemen agama. Jumlah lulusan terdidik sebenarnya bukan masalah selama peluang kerja tersedia secara luas. Tetapi bila lapangan pekerjaan tidak ada atau kurang seimbang, maka problem umum masyarakat yang sejak dulu telah terbengkalai tak pernah selesai. Apalagi kalau bukan masalah pengangguran, yang terus bertambah setiap tahunnya. Dampak dari minimnya lulusan terdidik ke dunia kerja, kemudian menyebabkan ada pola pikir yang kurang tepat di masyarakat. 

Sekelompok masyarakat jadi meragukan sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Mereka mengatakan bahwa percuma saja masuk ke pendidikan tinggi kalau pada akhirnya tak bisa menempati sebuah posisi. Masyarakat merasa telah mengorbankan puluhan hingga ratusan juta hanya untuk mendapatkan selembar ijazah universitas. Namun betapa kecewa orang tuanya saat menyaksikan IP 3,9 tak berdaya dalam merebut pasar kerja. 

Beberapa lamaran yang diajukan ditolak oleh perusahaan, chanel orang dalam mengalami kebuntuan, hingga mau tak mau harus rela disebut sebagai pengangguran. Pasti hal ini mendatangkan rasa minder dan masyarakat disekelilingnya jadi bertanya tanya, eh si itu katanya sudah jadi sarjana, kok tiap hari kagak pernah kerja, emang bisa kita bergantung terus sama orang tua? Itulah suara tetangga yang lambat laun akan didengar oleh para sarjana yang kebetulan belum memperoleh pekerjaan. Kalau menurut pendapat saya, pekerjaan sebenarnya ada dimana mana, kita tak perlu mengajukan lamaran kerja kesana kemari. Saat kesempatan suatu pekerjaan tertutup maka kita BISA menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Tidak harus dengan bekal modal, yang paling penting sebenarnya tekad dan mental untuk mandiri, siap menghadapi resiko kegagalan yang paling pahit sekalipun. Kalau pembaca adalah seorang sarjana, masih nganggur, dan ingin bisa lepas dari tekanan, maka coba ubah rasa gengsi yang masih bersembunyi di dalam hati. Segera ambil hikmah dari para pengusaha yang MAMPU memulai bisnis dengan modal nekad dan tekad penuh semangat. Apapun jurusan atau keahlian yang dimiliki , temukan peluang untuk menciptakan lapangan kerja dengan niat kuat tak akan mundur selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar